Salam Pro Petani

Selamat datang di blog "ekonomika-pertanian". Sebuah blog yang mencoba berbagi dan mempelajari dinamika ekonomika pertanian, kemudian berupaya berpikir dan bertindak dalam kerangka kepedulian yang intens pada petani. Selamat membaca dan salam pro-petani.

Saatnya Membangkitkan Industri dan Pertanian [MOHAMMAD ERI IRAWAN]

Kompas | Jumat, 24 Desember 2010 | 09:11 WIB
Perekonomian Jatim 2010 dan Tantangan 2011
Saatnya Membangkitkan Industri dan Pertanian
Oleh MOHAMMAD ERI IRAWAN

Harus diakui, kinerja perekonomian Jatim pada tahun ini cukup menggembirakan. Meskipun demikian, ada sekian problem mendasar yang masih harus diselesaikan.
Selama Januari-September 2010, pertumbuhan ekonomi Jatim mencapai 6,5 persen,pencapaian emas di tengah kinerja ekonomi global dan nasional yang tak sepenuhnya prima. Nilai ekspor Jatim mencapai 9,047 miliar dollar AS, tumbuh 43,54 persen dibanding tahun sebelumnya. Penjualan mobil tumbuh nyaris 80 persen dan penjualan motor tumbuh hampir 25 persen.

Indeks Keyakinan dan Ekspektasi Konsumen versi Bank Indonesia meningkat di atas level 100. Ini menunjukkan optimisme publik terhadap kondisi dan prospek perekonomian. Inflasi terkelola di level 5,8 persen sepanjang Januari-November 2010. Indikator intermediasi perbankan membaik, meski masih harus terus didorong. Loan to deposit ratio (LDR) meningkat menjadi 74,19 persen.

Namun, yang harus jadi catatan bersama, pertumbuhan ekonomi Jatim terlalu bersandar pada sektor-sektor non-tradeable, terutama sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR). Adapun kontribusi sektor tradeable yang paling utama, u pertanian dan industri pengolahan, semakin menurun.

Kontribusi atau sumber pertumbuhan ekonomi terbesar masih disumbang oleh sektor PHR sebesar 3,36 persen atau lebih dari separuh total pertumbuhan ekonomi Jatim. Kemudian baru disusul sektor industri pengolahan sebesar 0,96 persen dan sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 0,6 persen. Adapun sektor pertanian hanya menyumbang 0,44 persen.

Pertumbuhan sektor PHR mencapai 10,84 persen, disusul sektor pertambangan dan penggalian sebesar 9,65 persen, serta sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 9,50 persen. Kontribusi sektor PHR ke produk domestik regional bruto (PDRB) Jatim atas dasar harga konstan mencapai 32,27 persen dari total PDRB sebesar Rp255,16 triliun. Porsi kredit ke sektor PHR mencapai 26,86 persen dari total kredit perbankan di Jatim sebesar Rp148,55 triliun.

Terkait dengan itu, ada dua hal yang patut dicermati. Pertama, kinerja sektor industri pengolahan yang terus melambat. Deindustrialisasi kian tampak dalam beberapa tahun terakhir. Kontribusi sektor industri pengolahan ke PDRB Jatim hingga triwulan III/2010 mencapai 24,7 persen, menurun dibanding tahun lalu sebesar 25,34 persen. Sektor industri pengolahan hanya mampu tumbuh sangat minim sebesar 3,36 persen.

Kedua, sektor pertanian kian terdesak. Kontribusi sektor pertanian ke PDRB Jatim hanya mencapai Rp 13,51 triliun atau 16,54 persen terhadap total PDRB. Kontribusi ini turun dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 17,18 persen. Tren penurunan juga terlihat pada tahun-tahun sebelumnya. Secara year-on-year, sektor pertanian juga hanya mampu tumbuh 2,55 persen. Dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan sektor ini tak pernah mampu menembus angka 4 persen. Porsi kredit pertanian hanya 2,46 persen dari total kredit bank di Jatim. Secara tahunan kredit ke pertanian minus hingga 20,87 persen. Kinerja sektor pertanian kian terpukul akibat anomali musim dan pemanasan global.

Kinerja sektor tradeable yang melambat membuat pertumbuhan ekonomi yang digapai Jatim menjadi kurang berkualitas. Pertumbuhan ekonomi tak merata dan hanya dirasakan oleh segelintir pelaku ekonomi di sektor-sektor non-tradeable.

Jika sektor tradeable masih belum diperhatikan secara maksimal, sulit bagi pemerintah untuk mengurangi pengangguran secara masif. Apalagi, tahun depan Pemprov Jatim menargetkan bisa mengentaskan 107.000 rumah tangga sangat miskin (RTSM) atau setara dengan 21 persen dari total RTSM di seluruh Jatim yang mencapai 493.004 RT.

Kepemimpinan industrial
Tantangan untuk mendongkrak kembali sektor tradeable sebagai perwujudan dari upaya mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang lebih berkualitas dan merata itulah yang harus dijawab oleh seluruh elemen di Jatim pada 2011. Hal ini juga menjadi bagian dari upaya meletakkan basis pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian dan industri.

Saat ini Jatim membutuhkan kepemimpinan industrial yang secara konsisten mampu memulihkan kinerja sektor industri dan pertanian. Kepemimpinan industrial adalah kepemimpinan dengan konsep dan pelaksanaan kebijakan yang mampu mengintegrasikan sektor primer (pertanian dan pertambangan), sekunder (industri), dan tersier (PHR serta pengangkutan dan komunikasi).

Pangkal dari kebijakan tersebut adalah mendorong sektor pertanian ke arah industrialisasi. Pendekatan subsisten di sektor pertanian harus diarahkan ke pendekatan komersial. Untuk keperluan ini, pengembangan teknologi produksi mutlak dilakukan karena pertanian masa depan adalah pertanian yang bertumpu pada kekuatan teknologi. Keterkaitan antara sektor pertanian dan sektor industri ini nantinya ditopang oleh sektor PHR serta pengangkutan dan komunikasi dari sisi pemasaran dan penjualan produk.

Untuk semua itu, Jatim membutuhkan strategi kelembagaan secara terencana, mulai pendidikan, pembangunan infrastruktur, kemudahan pembiayaan, jaringan pemasaran, hingga dukungan politik pemerintah. Pembangunan infrastruktur, misalnya, diperlukan untuk memperkuat konektivitas antarwilayah di Jatim agar mobilitas barang dan jasa kian lancar.

Dalam konteks ini, pemerintah perlu memacu pembangunan jalan lintas selatan dan Pelabuhan Socah, Madura. Rencana pembangunan pelabuhan logistik di wilayah selatan Jatim juga harus direalisasikan agar ketertinggalan wilayah tersebut bisa segera mendapat solusi.
MOHAMMAD ERI IRAWAN Periset Ekonomi
available at http://cetak.kompas.com/read/2010/12/24/09112376/saatnya.membangkitkan.industri.dan.pertanian

No comments:

Post a Comment